REPUBLIKA.CO.ID – Sejak berhijrah ke Madinah, jika Nabi SAW mengerjakan shalat, beliau menghadapkan shalatnya ke Baitul Maqdis, Palestina. Hal tersebut terus berlangsung sampai lebih kurang 16 bulan lamanya.
Selama itu, Nabi SAW seringkali mengharap dan merindukan, mudah-mudahan saja Allah menyuruh supaya menghadap kembali ke Baitullah (Ka’bah).
Hingga pada suatu saat, Nabi berkata kepada malaikat Jibril, “Saya selalu memohon kepada Allah, mudah-mudahan saja Allah memalingkan muka saya dari kiblat kaum Yahudi.”
Ketika itu Jibril AS berkata, “Ya Rasulullah, sebaiknya engkau terus memohon saja kepada Allah.”
Selanjutnya, bila Nabi SAW mengerjakan shalat, beliau selalu menghadapkan wajahnya ke langit sambil memohon kepada Allah, mudah-mudahan saja Allah dengan segera memindahkan kiblat shalat bagi Nabi dan kaum muslimin dari kiblat kaum Yahudi.
Pada suatu waktu, Nabi tengah mengerjakan shalat dan sedang rukuk, tiba-tiba Allah menurunkan wahyu kepada beliau, “Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram…” (QS. Al-Baqarah: 144).
Menurut riwayat yang masyhur bahwa ketika itu Nabi SAW tengah mengerjakan shalat Ashar bersama sahabat-sahabatnya. Seketika itu juga Nabi SAW memalingkan mukanya ke Baitullah. Para sahabat yang menjadi makmum ketika itu pun lalu mengikuti apa yang dikerjakan oleh Nabi SAW.
Setelah terjadinya perubahan kiblat shalat bagi Nabi SAW dan kaum pengikutnya, timbullah berbagai ejekan dan cercaan dari kaum Yahudi di Madinah, kaum munafik, dan kaum musyrikin di Makkah.
Ejekan-ejekan tersebut di antaranya dilontarkan pendeta-pendeta Yahudi. Mereka datang kepada Nabi Saw seraya berkata, “Ya Muhammad, mengapa engkau sekarang pindah kiblat yang telah engkau hadapi padahal engkau itu katanya seorang nabi yang mengikuti agama Nabi Ibrahim? Akan tetapi, sekarang terbukti menyalahi kiblat Nabi Ibrahim dan nabi-nabi dari Bani Israel terdahulu. Maka dari itu, cobalah engkau kembali menghadap ke Baitul Maqdis, nanti kita akan mengikuti dan membenarkan seruanmu.”
Dengan riwayat singkat sebagaimana yang tersebut itu, jelas bahwa perpindahan arah kiblat shalat itu terjadi dua kali, yang selanjutnya beliau tetap menghadap ke arah Baitul Haram (Ka’bah) di Makkah. Rasulullah SAW menghadap ke arah Baitul Maqdis hanya selama 16 atau 17 bulan.
Sehubungan dengan itu, sudah barang tentu peristiwa perpindahan arah kiblat shalat itu membawa fitnah yang amat besar. Kaum Yahudi mencaci maki Rasulullah, kaum musyrikin memperolok-olok, dan kaum munafikin terus mencela beliau.
Tidak hanya itu kaum Muslimin juga diperolok-olok agar timbul keragu-raguan terhadap kebenaran Nabi Muhammad SAW.
Di antara ayat yang diturunkan oleh Allah di kala itu, “… Dan Kami tidak menetapkan kiblat yang menjadi kiblatmu (sekarang) melainkan agar Kami mengetahui (supaya nyata) siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang membelot.” (QS. Al-Baqarah: 143).
Terjadinya peralihan kiblat dari arah Baitul Maqdis ke arah Baitul Haram yang ditetapkan oleh Allah kepada Nabi SAW tidak lain supaya dapat diketahui dengan nyata oleh Nabi dan oleh orang lain juga.
Siapa yang masih tetap mengikuti Nabi masih penuh kepercayaannya kepada beliau. Dan siapa yang telah bergoncang serta bergoyang kepercayaannya kepada beliau, lalu surut dan mundur dari keislamannya, yaitu menjadi kafir lagi.
Kelanjutan ayat itu dengan tegas oleh Allah dinyatakan, “… dan sungguh (pemindahan kiblat) itu terasa amat berat kecuali bagi orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah…” (QS. Al-Baqarah: 143).
Orang-orang yang tidak merasa berat mengikuti beralihnya kiblat sebagaimana yang dilakukan oleh Nabi SAW itu adalah mereka yang telah diberi petunjuk dan tuntunan oleh Allah, dengan iman yang kokoh-kuat kepada Nabi SAW.
Redaktur: Chairul Akhmad
Reporter: Hannan Putra
Sumber: Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad, Jilid 2, oleh KH Moenawar Chalil
Reporter: Hannan Putra
Sumber: Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad, Jilid 2, oleh KH Moenawar Chalil
Sumber Artikel : http://www.jurnalhaji.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar yang baik mencerminkan diri anda. Terima kasih...